1. Kuncinya Baca Tulis
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah. Yang Mengajar manusia dengan perantaraan kalam.Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya".
QS. Al-‘Alaq(96):1-5
Baca tulis merupakan langkah awal untuk mengetahui sesuatu yang belum
diketahui, dan proses pengajaran yang bersumber dari tuntunan Allah
sebagaimana dicontohkan Muhammad Rasulullah adalah metode pengajaran
yang terbaik yang harus dilakukan oleh manusia-manusia yang benar-benar
jujur mengakui Allah sebagai Tuhannya.
2. Al-Qur’an Sebagai Pedoman
"Ini (Al-Qur’an) adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (meneliti) ayat-ayatnya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai akal (Ulul
Albab)".
QS. Shaa’d(38):29
Hanya orang-orang yang berakal (Ulul Albab) yang akan mampu meneliti
ayat-ayat Allah, serta hanya merekalah yang akan mampu memperoleh
pelajaran yang berharga dari apa-apa yang ditelitinya.
3. Alam Semesta Beserta Isinya Sebagai Penguat
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda
kekuasaan) Kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah
Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan
segala sesuatu".
QS. Fushshilat(41):53
Lihat juga: QS. Adz-Dzaariyaat(51):20-21; QS.Yusuf(12):105
Allah telah menginformasikan kepada kita bahwa alam semesta beserta
isinya, termasuk yang ada pada diri manusia telah tertulis di dalam
Al-Qur’an. Dan Allah menantang kepada kita untuk melakukan penelitian
tentang kebenaran apa-apa yang tertulis dalam Al-Qur’an untuk diteliti
dan dibandingkan dengan apa-apa yang ada di alam semesta ini. Siapkah
kita menerima tantangan ini?. Kita harus siap melakukan penelitian agar
pernyataan kita bahwa Allah adalah Rabbal’alamin bukan hanya sekedar
ucapan bohong, tapi ucapan itu benar-benar merupakan hasil dari olah
pikir dan penelitian kita bahwa Al-Qur’an itu benar datang dari Yang
Menciptakan Alam Semesta ini.
4. Landasan Operasional
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang berakal (Ulul Albab),
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan (meneliti) tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke
dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi
orang-orang yang zholim seorang penolongpun”
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru
kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun
beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami
beserta orang-orang yang banyak berbuat kebajikan”
“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada
kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan
kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”.
QS. Ali ‘Imran(3):190-194
Ayat ini mengajak kita untuk meneliti alam semesta dalam berbagai
keadaan, sehingga hasil-hasil penelitian yang kita peroleh dapat
meningkatkan keimanan dan keyakinan kita tentang adanya suatu tempat
yang hina (neraka), yang tidak ada sesuatupun yang mampu terhindar dari
jilatan api-nya selain Allah yang menciptakan neraka itu sendiri.
Bukankah kita tahu bahwa matahari terdiri dari partikel-partikel panas
yang dahsyat? Bukankan kita tahu bahwa matahari memiliki magnet (daya
tarik) yang kuat, yang mampu menarik apa-apa yang ada disekelilingnya?
Bagaimana kalau kita masuk kedalamnya? … Naudzubillah min dzalika.
Hanya dengan pertolongan dan perlindungan Allah, kita akan mampu
terhindar dari neraka. Dan oleh karena itu proses penelitian terhadap
alam semesta ini harus senantiasa diiringi dengan Dzikrullah dan
menghasilkan nilai-nilai Kebajikan, sehingga kita dapat mengakhiri hidup
didunia ini dalam keadaan banyak berbuat Kebajikan, banyak memberi
manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sebaik-baik diantara
kalian adalah yang paling banyak berbuat Kebajikan.
5. Spesifikasi Penelitian
Contoh Pertama:
"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam
perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah
ditelan bagi orang yang meminumnya".
QS. An-Nahl(16):66-72
Menurut kaidah ilmu pengetahuan zaman sekarang, sebenarnya air susu
itu mengalami dua kali proses pembersihan. Yaitu proses penjernihan dari
kotoran setelah terjadi proses pencernaan dan turun dalam bentuk cairan
ke dalam usus. Kalori yang ada dalam bahan makanan terus mengalir
bersama darah dan meninggalkan kotoran di usus. Materi yang tercampur
dalam darah, sebagian membentuk satu materi yang hidup, dan sebagian
lain menjernihkan materi yang kemudian menjadi air susu, sehingga ia
sudah siap untuk diminum.
Jadi menurut ilmu pengetahuan, pada awal mulanya air susu itu
dijernihkan dari kotoran dan terlepas dari unsur darah. Hakekat ilmiah
yang disebutkan Al-Qur’an ini, tentang proses keluarnya air susu dari
antara tahi atau kotoran dan darah, belum banyak diketahui manusia.
Bahkan hampir tak seorangpun yang bisa menggambarkannya, apalagi membuat
ketentuan sampai sedetail ini. Setelah hakekat ini diketahui, tak
seorangpun yang menyanggahnya, karena memang ia merupakan ketentuan
wahyu dari Allah dalam Al-Qur’an.
Contoh Kedua:
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.
Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah
menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman".
QS. Al-An’aam(6):125
Sejak ditemukan jenis kendaraan udara, seperti: kapal terbang maupun
balon udara, kita dapat mengetahui satu realitas alami. Bahwa semakin
tinggi membumbung ke atas, akan terasa kekurangan oksigen dan udara yang
terbatas. Orang yang menanjak ke arah atas akan merasakan nafasnya
semakin sesak.
Al-Qur’an juga menerangkan bahwa barangsiapa yang mendaki ke langit
akan merasakan sesak nafas. Maka penerbang yang biasa menjelajahi udara
dalam ketinggian hingga puncak, biasa menggunakan tabung oksigen sebagai
pembantu pernafasan untuk mengatasi masalah diatas.
Ayat di atas tidak menggunakan istilah mendaki gunung, tetapi mendaki
langit. Jazirah Arab merupakan tanah datar dan padang pasir yang
membentang luas. Di sana tidak ada gunung yang tinggi, sehingga tentunya
penduduk di sana akan mengalami kesukaran dalam menggambarkan mendaki
gunung. Padahal orang mendaki gunung tidak sesak nafasnya. Jadi, Maha
Suci Allah yang telah menurunkan Wahyu-Nya dengan istilah-istilah yang
sangat tepat.
Contoh Ketiga:
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah".
QS. Adz-Dzaariyaat(51):49
"Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui".
QS. Yaasiin(36):36
Dalam kaidah bahasa Arab, kata-kata kull (setiap, segala, masing-masing) apabila disisipkan ke kata ma’rifat (dihetahui), maka bagian-bagiannya lebih menyeluruh. Dan apabila disisipkan ke nakirah (tidak ada ketentuan), maka personilnya akan menyeluruh. Pada ayat pertama, kata-kata kull disisipkan pada nakirah, sehingga seluruh bagiannya menjadi menyeluruh.
Hakekat menakjubkan ini, menguak kaidah kebendaan dunia, bahkan
seluruh alam. Sebab redaksi yang dipakai tentang kaidah
berpasang-pasangan, tidak terbatas pada benda-benda hidup saja. Tetapi
kata-kata syai’ juga mencakup sesuatu yang bukan hidup. Redaksi
dalam ayat pertama menerangkan bahwa segala sesuatu, seperti
benda-benda hidup merupakan makhluk yang mendasarkan pada
berpasang-pasangan. Kalau kita mengembalikan ingatan pada saat manusia
mengetahui hakekat ini pada lima belas abad yang lampau, bahwa fenomena
berpasangan ini mencakup segala sesuatu, maka kita dihadapkan pada
hakekat alam yang menakjubkan yang tidak pernah diketahui sebelumnya.
Sampai-sampai terjadinya alam ini kembali kepada atom. Atom ini
terbentuk dari pasangan elektron positif dan negatif”.
Contoh Keempat:
"Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)
dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan
air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya".
QS. Al-Hijr(15):22
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan ke luar dari
celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung,
maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang di kehendaki-Nya.
Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan".
QS. An-Nuur(24):43
Awan tebal yang akan menurunkan hujan, mempunyai pengaruh kekuatan
listrik. Gumpalan awan yang manapun juga, bisa memiliki kekuatan listrik
positif, dan yang lain negatif, Dan angin menjadi sarana yang
mempertemukan gumpalan-gumpalan awan sehingga membentuk hujan. Inilah
yang dimaksud dalam teks ayat yang menyebutkan sifat angin yang
mengawinkan.
Proses perkawinan disini maksudnya antara uap air, atau antara awan
dengan awan. Memang ada persamaan antara pertemuan kekuatan listrik
dengan perkawinan tumbuh-tumbuhan. Penyatuan dua sel saat terjadi
perkawinan dalam tumbuh-tumbuhan yang kemudian membentuk satu sel,
memang tidak sedetail dua sel yang asli. Begitu pula saat penyatuan awan
dengan awan, yang dapat menimbulkan kilat, petir, dan hujan. Turunnya
hujan karena terlepas dari pengaruh kekuatan listrik pada awan.
Ayat Al-Hijr di atas merupakan salah satu fenomena keagungan
Al-Qur’an. Sebab perkawinan awan dan pengaruhnya yang dapat menurunkan
hujan, merupakan masalah yang belum banyak diketahui manusia kecuali
setelah adanya kemajuan ilmu pengetahuan. Keagungan Al-Qur’an ini lebih
bertambah lagi dengan adanya ayat dari surat An-Nuur: “Kemudian Allah mengumpulkan antara bagian-bagiannya”.
Penyatuan antara awan yang manapun juga, merupakan isyarat yang jelas
dan mendetail, sehingga beberapa kelompok awan yang berbeda kekuatan
listriknya menjadi bergumpal-gumpal, dan selanjutnya menimbulkan kilat,
petir, dan hujan atau hawa dingin. Apabila antara awan-awan ini
membentuk gumpalan yang lebih banyak dan berlapis-lapis, maka hujan pun
akan turun dalam bentuk butiran-butiran air yang berasal dari uap air.
Apabila kekuatan listrik di antara awan itu menimbulkan gelombang, maka
muncullah fenomena yang menakjubkan berupa kristal-kristal air yang
membentuk es di bagian atas dan air hujan di bagian bawah. Di saat
lapisan es ini semakin tebal, maka beratnya pun bertambah pula, lalu
jatuh ke atas bumi. Manusia tidak banyak mengetahui faktor yang
membentuk gumpalan es, tapi minimal mereka tahu bahwa hal itu disebabkan
oleh gelombang udara yang besar. Gelombang ini telah disinggung
Al-Qur’an dalam dua isyarat:
- Awan berlapis-lapis dan membentuk gumpalan-gumpalan es yang di dalamnya menyerupai gunung. Awan yang terlihat seperti gunung ini akan terlihat oleh orang yang naik kapal terbang, di kala kapal terbang itu melaju di atas awan atau di antara awan itu.
- Adanya kekuatan listrik yang terbentuk di antara gumpalan awan itu, berupa kilat yang sangat kuat.
Contoh Kelima:
"Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?".
Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari saja,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". Allah
berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau
kamu sesungguhnya mengetahui". QS. Al-Mu'minuun(23):112-114
"Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah
menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya
meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu
dengan bilangan (satu persatu)". QS. Al-Jin(72):28
"Sesungguhnya Allah telah menetukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti". QS.Maryam(19):94
"maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka,
karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari kiamat) untuk
mereka dengan perhitungan yang teliti". QS.Maryam(19):84
Sudah diketahui bahwa angka romawi sebagai warisan dari orang-orang
nashrani dan yahudi, tidak mampu melakukan proses perhitungan secara
sistematis. Dengan datangnya Islam, perhitungan matematis dilakukan
dengan menggunakan angka-angka arab, sehingga Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (Ahli Matematik, Aljabar, Algebra) melakukan pengamatan
langsung terhadap Al-Qur'an dan Hadits untuk memformulasikan Ilmu
Matematika, dari mulai Teori Kejadian sampai Analisis Pengambilan
Keputusan, dan sekarang sudah terbukti kehandalannya. Beliau juga yang
pertama kali menyampaikan Teori Algoritma yang menjadi landasan bagi
Teknologi Perangkat Lunak (Algoritma Pemrogrraman), yang sekarang
semakin berkembang dan banyak dirasakan manfaatnya.
Dan masih banyak contoh-contoh lain yang dapat kita amati dan teliti.
Maka salah satu ciri manusia Rabbani adalah memiliki Ilmu dan Keahlian
di bidang tertentu dan mampu melakukan studi banding antara informasi
yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan Fenomena yang terdapat di Alam
Semesta ini.
"Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an
itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan
sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah Kitab Yang Mulia. Yang tidak datang
kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya,
yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji".
QS. Fushshilat(41):41-42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar